Islam

Perjalanan Cahaya Islam sampai di Nusantara

Ungkapan di atas disampaikan oleh KHR. Ahmad Azaim Ibrahimy saat menghadiri undangan acara Hari Lahir Nahdlatul Ulama (Harlah NU) ke -94, PBNU, dalam kegiatan Istighosah dan Ijazah Kubro bersama Buya KH. Said Aqil Siradj, pada Minggu, 29 Januari 2020 di Gedung PBNU. Jl. Kramat Raya no. 164.

Pada acara tersebut Pihak PBNU sengaja mengundang Cucu  Alm KHR. As’ad Syamsul Arifin senagai pendiri NU yakni KHR. Ahmad Azaim Ibrahimy, pengasuh Ponpes Sukorejo dan Habaib Haddad Alwi, Pelantun reliji sholawat, agar kegiatan penuh khidmad dan berkah.

KHR. Ahmad Azzaim Ibrahimy dalam mengawali pembicaraannya menyampaikan, bahwa hadirnya beliau tidak terlepas dari satu hal yang tak terpisahkan oleh NU itu sendiri. Ia pun menekankan arah pembahasannya, bahwa di dalam ruh di badan ini mengalir darah daging Alm KHR. As’ad Syamsul Arifin salah satu pendiri NU.

Tentu Kiai Azzaim sebagai Durriyah Beliau, merasa bersyukur, karena rasa nikmat yang ia alami sendiri yakni lahir dan besar menghirup Aqidah Ahlusunnah Waljamaah Ala NU.

Kiai Azzaim juga menegaskan “Kami minum dari Ahlusunnah Waljamah melalui guru guru kami, orang tua kami, datuk kami, orang-orang diwasilahkan oleh kanjeng Nabi Muhammad SAW yaitu melalui Jami’iyah Nahdlatil Ulama,”

Beliau menambahkan, pentingnya untuk diketahui tentang proses perjalanan cahaya Islam hingga ke Nusantara.

Baginda Nabi Muhammad SAW adalah cahaya. Sehingga kita sangat akrab di telinga kita dengan sering melatunkan Antasyamsum Anta Badrun Anta Nurun Fauqo Nuri.

“Ajaran beliau yang dibawa adalah cahaya. Selama 23th berjuang membawa cahaya,” terang Kiai Azzaim.

Kiai menambahkan, Al Quran adalah cahaya, Islam seluruh ajarannya adalah cahaya seperti sholat, puasa, zakat, haji, bahkan kelak di akhiri kiamat ada golongan yang disebut dengan Durril Muhajjalina bercahaya. Artinya para penghuni surga wajahnya bercahaya kedua tangan hingga siku, min ashari al wudhlu sebagai tanda orang yang ahli ibadah.

Maka tidak heran apabila syafaat Alquran dan shalawat itu berwujud Cahaya. Mampu menerangi dan menemani hingga zaman akhir. “ Semiga kita lolos dan lulus dalam perjalanan panjang nanti,” ucap kiai Azzaim.

Masih dalam tausiyah Beliau,  Cahaya Alqur’dan dan Sholawat itu tidak bisa padam walau melintas zaman sekalipun. Sebagai bukti kita bisa merasakan sendiri. Zaman dahulu Nabi Muhammad menanamkan cahaya itu di dada  sahabat, Sayyidina Abu Bakar, Umar bin Khattab, Usman bin Affan, Ali bin Abi Tholib dan seluruh sahabat, dari generasi ke generasi.

Lalu cahaya itu diwariskan kepada Tabiin, wali, ulama hingga akhirnya sampai di Nusantara melalui para kekasih Allah. Siapa dia tentu orang pilihan yang ditunjuk untuk menyampai risalah-risalah cahaya.

Sebagai bukti Nyata, Singkat cerita, Risalah Cahaya itu terjadi pada Sayyid Ahmad Rahmatullah yang dikenal dengan Sunan Ampel. Pada saat mondok di Madinah, Beliau mendapatkan kharomah dari Allah untuk berjumpa dengan Kanjeng Nabi Muhammad SAW.

Kita berbicara kharomah, tentu kita adalah orang-orang yang yakin dengan kharomah. InsyaAllah seluruh jamaah yang hadir di sini meyakini dengan kharomah.

Kembali pada cerita dialog antara kanjeng Nabi dengan Sunan Ampel. Kita tahu dan tidak merafukan nasab atau silsilah Mbah Sunan Ampel bersambung kepada Nabi Muhammad SAW.

Beliau mewasiatkan, wahai anakku atau cucuku sampaikan islam yang aku ajarkan ini sebagaimana aku ajarkan kepada sahabat Ma’ana Was Ashhabi Ahlusunnah Wal Jamaah sampaikan ke Nusantara.

Dalam riwayat Mbah As’ad (KHR. As’ad Syamsul Arifin) menyebutnya Indonesia. Benar dan tidaknya apakah ini  terjemahan dari kata Nusantara lalu disebut dengan nama Indonesia. Ataukah itu ucapan dari lisan Nabi yang menyampaikan kepada Sunan Ampel. Hanya Allah yang tahu.

Namun Jika benar, Kata Indonesia berarti sudah diketahui oleh Baginda Nabi Muhammad SAW.

Penulis: Ahmad Ridwan

Artikel yang berkaitan

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button
Close