Keislaman

Kisah 2; Syaikh Husain Asy-Syadzili Muda Mengenal Ajaran Wahabi Akhirnya Memilih Sufisme

Syaikh Husain muda berkesempatan belajar agama Islam di madrasan ternama. Atas bantuan ustadz Bambang, Syaikh Husain kemudian mendapat bea siswa untuk belajar tentang Islam lebih lanjut di sebuah madrasah untuk mualaf di Petaling Jaya, dekat Kuala Lumpur yang didirikan oleh Tengku Abdurrahman. Beliau menceritakan diantara semua mata pelajaran yang diajarkan di sana, beliau paling tertarik dengan bahasa Arab, karena dengan menguasai bahasa Arab seseorang bisa mendalami agama Islam dari sumber aslinya. Ketekunannya dalam belajar membuat Syaikh Husain disukai oleh guru-guru yang ada di madrasah tersebut.

Perkenalannya dengan kelompok sufi terjadi ketika seorang temannya mengajak beliau menghadiri sebuah majlis dzikir yang diadakan oleh muqadim Syaikh ‘Abd-ul-Qadir as-Sufi di Kuala Lumpur. Syaikh Husain yang saat itu sempat terpengaruh ajaran wahabi, menolak ajakan tersebut. Tapi sang teman yang mendatangi beliau setiap hari libur, dengan sabar menjelaskan ayat-ayat al-Qur’an dan hadist yang menjelaskan tentang ajaran sufi. Perdebatan antara mereka terjadi sampai 1 tahun, sampai Syaikh Husain memutuskan tidak ada salahnya untuk mencoba.

Beliau menceritakan sang teman begitu gembira dengan keputusan tersebut sehingga ia menggegam erat tangan Syaikh Husain dan membawa beliau menghadiri majlis zikir tersebut. Kebetulan pada majlis dzikir malam itu hadir 2 muqadim Syaikh ‘Abd-ul-Qadir as-Sufi. Syaikh Husain menceritakan pertama kali menghadiri majlis dzikir tersebut, Allah membukakan mata hati beliau untuk memahami Kitab Minhajul Abidin karya Imam al-Ghazali.

Selama di madrasah beliau mempelajari kitab tersebut tapi hanya menghafalkan saja tanpa memahaminya. Beliau mengatakan itulah pentingnya ketekunan untuk mempelajari sebuah kitab, sehingga ketika saatnya Allah membukakan mata hati kita memahami kitab tersebut kita sudah punya persediaan untuk itu. Dari pengalaman ini Syaikh Husain menyimpulkan tak ada salahnya bagi anak-anak untuk menghafal al-Qur’an dan Hadist pada usia dini meski mereka belum benar-benar memahami maknanya. Karena pada saatnya nanti Allah membukakan mata hati mereka untuk memahami al-Qur’an, mereka sudah punya persediaan (karena sudah menghafalnya).

Selama 6 bulan menghadiri majlis dzikir tersebut, Syaikh Husain mengalami beberapa pengalaman ruhani yang menakjubkan. Diantaranya adalah beliau bermimpi 2 kali bertemu orang sholeh yang sama yang mendorong beliau untuk bepergian.

Orang sholeh itu mengatakan kemanapun Syaikh Husain pergi, beliau akan menemui ketiadaan. Mimpi itu sempat menimbulkan kebingungan di hatinya tapi Syaikh Husain memutuskan menunggu isyarat dari Allah tentang makna mimpi tersebut. Dan isyarat itu datang ketika seorang alumni madrasah menawarkan beliau mendapatkan bea siswa untuk belajar di sebuah Universitas Islam di Karachi, Pakistan.

Orang tersebut membantu mengurus segala sesuatu tentang bea siswa tersebut. Melihat prestasi Syaikh Husain selama belajar di madrasah, hanya dalam waktu 1 minggu permohonan diajukan, universitas tersebut langsung menerima lamaran beliau untuk menjadi mahasiswa di sana.

Redaksi Nudepok.com

Artikel yang berkaitan

One Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button
Close