DaerahLembaga & OtonomNasional

Catatan: Ekspresi Cinta NU dari Kami Orang Biasa

Berawal dari proses berangkat ke Sidoarjo, mengikuti prosesi Resepsi 1 abad NU. Rombongan bus kami sampai di Sidoarjo sekitar pukul 22.00, itupun tidak bisa berhenti di dekat penginapan karena beberapa ruas jalan sudah ditutup untuk acara opening jam 00.00 mujahadah seabad NU di lapangan Deltras.

kami sampai disambut hujan rintik-rintik. sebelum memutuskan untuk jalan kaki menuju penginapan kami makan nasi bungkus yang diberikan masyarakat di sepanjang jalan, dua bungkus kita makan ramai-ramai dipinggir perempatan jalan. dalam hati berbisik kapan lagi bisa makan di perempatan jalan besar tanpa memperdulikan orang lewat. ekspresi syukur itu bisa diungkapkan dengan apapun, sangking bahagianya kami sampai sidoarjo dengan selamat, hujan rintik-rintik, medan yang jauh menuju penginapan, seolah tak menjadi rintangan yang berarti. itu hanya krikil-krikil kecil yang menempel di kaki. sehingga kami makan di samping perempatan nikmat saja, bahwa kita sudah sampai di lokasi seabad NU, dan momen ini hanyalah sekali seumur hidup, di abad ke-dua kami sudah almarhum.

setelah kami menyusuri jalan, kami dihentikan oleh takmir masjid di sebrang jalan. kami diaksih air minum sama tahu goreng. selayaknya kami dihormati sebagai tamu. dan kami diantarkan sampai penginapan dengan motor.

sesampai di penginapan kami bersih-bersih, mandi dan siap-siap menuju lokasi mujahadah. di penginapan makanan berlimpah ruah, disetiap sudut jalan ada relawan yang membgikan makanan dan minuman. siapa yang hadir di sidoarjo menjadi tamu masyarakat disitu. kami sebagai tamu sangat dimulyakan disini.

jam 00.00 kami menuju lokasi mujahadah, tentunya di gor deltras sudah disterilkan, kami gak bisa masuk. dan kami cukup ikut mujahadah didepan layar lebar diluar gor. gak jadi masalah buat kami.

kami menggelar tikar yang sudah dibeli lima ribu perak waktu turun dari bus. kami kurang lebih 10 orang, yang lain sudah pisah lokasi mujahadah. bahagia campur haru beralaskan tikar dn beratapkan langit kami menengadah bersimpuh. sambil dzikir mengikuti ulama-ulama sholih yang memberikan ijazahan.

”ya allah, kami ini siapa, kami nanti menghadapMU dalam keadaan seperti apa, kami banyak dosa gusti Allah, berikan kesempatan pada kami untuk memperbaiki diri sebelum mneghadapMU. terkadang kami terlalu banyak meminta padaMU, tak pernh benar-benar bersujud padaMU, karena terlalu meributkan urusan duniawi. jadikan kami manusia yang lebih baik dari sebelumnya. aamiin.”

jika banyak yang hadir disini dalam maksud apapun, bebas saja. entah urusan ekonomi atau politik. kami hanya urusan hidmah NU. semoga kami diakui sebagai santrinya mbah Hasyim Asyári. dan istiqomah mengamalkan ajaran ahlussunnah waljamaáh. ajaran yang selalu membawa pada kesholehan, kesantunan, dan amar ma’ruf nahi mungkar.

justru hal terpenting dalam acara seabad NU kali ini adalah pada malam mujahadah, tirakatan terjaga sampai pagi. di sepertiga malam kami benar-benar menengadah. acara pagi sudah gak terlalu penting bagi kami, hanya seremoni saja.

ekspresi cinta pada NU hampir mengubah kami menjadi orang gila, yang gak peduli lagi pada pandangan orang lain. kita ini wong NU yang hanya ingin diakui mbah Hasyim sebagai santrinya. diakui sebagai umat nabi Muhammad SAW. diakui Allah SWT sebagai hamba yang taat dan patuh.

orang gila mah bebas, Fatayat Depok Hadi YarsonoYunia Esa SusilaA Khoirul Anam Rusmiyatun NUDepok-Online Fathoni Ahmad Irene Ferro Cyanida Zaul Haque

Penulis ; Binti Khoiriyah Fatayat NU Kota Depok

Tags

Artikel yang berkaitan

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button
Close